Lembaga Riset dan Pengabdian Masyarakat (LRPM) Institut Bisnis Nusantara (IBN) sukses melaksanakan Workshop Coaching dan Bedah Skripsi/ Tugas Akhir Metaverse pada Revolusi Industri dan Teknologi pada Rabu (10/8/2022) pukul 09.30 WIB hingga 12.00 WIB.
Workshop ini merupakan hasil kolaborasi antara LRPM IBN, Himpunan Mahasiswa (HIMA) Komputer IBN dan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Adapun pembicara pada workshop adalah Wakil Rektor I Bidang Pendidikan sekaligus dosen Sistem Komputer dan Sistem Informasi IBN Bapak Dr. Nanang Husin, S.T., M.T.I, Kabag Biro Administrasi Akademik dan Kemahasiswaan (BAAK) Bapak Albert Budiyanto,S.Kom, MM, dan Dosen Informatika UIN Ibu Dr. Candidate Dewi Khairani, S.Kom, M.Sc.
Peserta workshop sebagian besar merupakan mahasiswa Sistem Informatika dan Sistem Komputer IBN. Peserta mendapatkan ilmu melalui paparan pembicara secara gratis dan mendapatkan e-sertifikat sebagai penghargaan keikutsertaan. Peserta juga diberikan kesempatan melakukan konsultasi dengan pemateri secara private dan mendalam pada breakout rooms yang dapat dipilih secara sukarela oleh masing-masing peserta setelah sesi pemaparan materi selesai.
Wakil Rektor I Bidang Pendidikan IBN Dr. Nanang Husin, S.T., M.T.I,
Bapak Dr. Nanang Husin, S.T., M.T.I sebagai pembicara perdana menjelaskan tentang penggunaan bit coin di era metaverse. Menurutnya, sudah banyak perusahaan yang melakukan transisi dari keberadaan dan data digital, cryptocurrency dan token, yang terkait dengan e-commerce dan gim online. Dengan demikian, masing-masing pengguna metaverse dapat membuat koin uangnya sendiri berdasarkan kesepakatan bersama melewati lintas negara.
“Metaverse pada aset kripto adalah dunia virtual yang menggabungkan antara blockchain dan aset kripto ke dalam teknologi yang mendasarinya,” jelasnya.
Namun, menurutnya sangat disayangkan bahwa penggunaan teknologi saat ini belum maksimal karena tingkat keamanannya belum terjamin sebab belum ada regulasi baku yang mengaturnya. Selain itu, dari segi infrastruktur belum terdapat keseragaman antara metaverse yang satu dan yang lain.
“Belum ada metaverse yang seragam. Currency antara satu metaverse dengan yang lainnya juga masih berbeda sehingga masih menyulitkan pengguna. Contohnya kalau dapat uang melalui metaverse apakah sudah bisa dicairkan ke bank lokal? Tentu saja belum. Ini yang harus dicarikan solusinya,” ujarnya.
Kabag BAAK, Bapak Albert Budiyanto,S.Kom, MM
Senada Pak Nanang, Kabag Biro Administrasi Akademik dan Kemahasiswaan (BAAK) Albert Budiyanto,S.Kom, MM menambahkan berbagai perubahan yang terjadi di era metaverse yang dialami sejak pandemi Covid-19.
“Covid-19 merubah semua aspek kehidupan termasuk di bidang pekerjaan. Kita bisa lihat bahwa perilaku orang bisa berubah misalnya dahulu orang harus melakukan pekerjaan tatap muka secara fisik namun sekarang orang bisa bekerja dari luar kantor tanpa tatap muka dan ini menimbulkan permasalahan baru di kantor,” ujarnya.
Karyawan menurut Dosen Manajemen IBN ini sudah bisa bergabung di kantor virtual dan di rumah masing-masing hanya dengan mengandalkan video conference.
“Ke depan, skripsi manajemen juga berubah, misalnya survei di kantor-kantor akan berubah karena budaya organisasi sudah berubah. Tidak akan ada lagi orang di kantor untuk dijadikan objek penelitian,” ujarnya.
Melalui paparannya, Pak Budi juga memaparkan dampak negatif dari metaverse, mulai dari penggunaan data privacy, keamanan data pengguna, kejahatan virtual, perundungan siber, dan pencurian data bahkan hingga lintas negara.
Metaverse menurutnya menimbulkan potensi adiksi dan algoritma luar biasa yang mampu membuat manusia kecanduan ketika bermain sosial media, teknologi, bermain game, dan dunia virtual.
“Fenomena yang kita lihat saat ini bahwa anak kecil kemana-mana tidak bisa lagi dipisahkan dari HPnya karena sudah kecanduan. Banyak orang yang lupa waktu sehingga merusak panca indera mata. Hal yang paling menakutkan adalah metaverse memisahkan manusia dari dunia nyata,” ujarnya.
Pak Budi juga menambahkan bahwa dari segi industri ada beberapa pekerjaan yang akan hilang sehingga mengubah cita-cita orang sesuai tuntutan perkembangan di era metaverse.
dosen Informatika UIN Ibu Dr. Candidate Dewi Khairani, S.Kom, M.Sc.
Ibu Dewi Khairani menambahkan bahwa metaverse merupakan teknologi yang ada di dunia maya yang menimbulkan pengalaman seperti berada di dunia nyata bagi penggunanya. Hal ini menurutnya perlu dikaji secara lebih komprehensif berdasarkan berbagai bidang ilmu yang menambah pengetahuan terkait metaverse.
“Ketika kita bicara tentang dunia virtual ada banyak perspektif yang bisa digali dan diteliti. Teman-teman di akuntansi bisa bicara tentang currency dan bisa bedah bagaimana metode pencatatannya. Teman-teman yang sistem informasi dan sistem komputer bisa meneliti dari segi keilmuannya. Demikan dengan teman-teman dar jurusan yang lainnya” ujarnya.
Ia memaparkan melalui Block Chain Based dapat melakukan rekam medik pada hewan sehingga bisa terjamin kehalalannya.
“Penerapan Block Chain Based juga bisa diterapkan di hewan qurban seperti sapi atau kambing. Misalnya, kita bisa memantau perkembangan kandungan gizi pada tubuh kambing sejak usia muda hingga usia layak konsumsi. Jadi kita bisa pastikan halal atau tidak kandungan tubuh si kambing untuk dikosumsi,” ujarnya.
Sementara haptic suits dan haptic gloves, dijelaskannya mampu membuat penggunanya memiliki pengalaman nyata seperti dunia sesungguhnya.
“Misalnya saat kita menepuk tangan atau menabrak sesuatu di dunia virtual akan ada vibrasinya di dunia nyata sehingga hal itu seperti terlihat nyata seperti di dunia sesungguhnya,” ujarnya.
Oleh karena itu, menurutnya perlu upaya serius yang wajib dilakukan mahasiswa sebagai generasi penerus bangsa agar mampu berinovasi sesuai dengan perkembangan metaverse yang ada.
“Jadi, agar tidak tergilas oleh zaman, rajin-rajinlah ikut kegiatan MBKM yang memang difasilitasi oleh pemerintah dan kampus. Pada program ini ambillah mata kuliah yang tidak ada di kampus Anda. Tambah terus skillnya yang dibutuhkan, asah critical thinking, berlatihlah menulis laporan sesuai dengan kalimat yang benar dan yang paling penting adalah disiplin diri,” tegasnya.
Peserta dalam Breakout Rooms